Pendakian Gunung Pulosari Part 7

SUARITOTO "Itu pedagang air minum. Dia akan membawa botol yang sudah diisi air ke kawah untuk dijual ke para pendaki," kata Riki sambil menunjuk ke arah anak itu. 

Kami semua mencicipi air Curug Ciputri, terasa sangat segar. Aku belum pernah meminum air sesegar itu. Eldi dan Mira main air, mereka saling guyur satu sama lain, sedangkan Riki sibuk mengambil gambar menggunakan kamera HP-nya. 

"Mira hati-hati," kulihat ia terpeleset dan jatuh ke air. Kulihat celananya basah kuyup. 

"Sayang jahat ih," kata Mira pada Eldi. 

Bukannnya minta maaf, Eldi malah tertawa. 

"Mir...," aku terkejut dengan apa yang kulihat. 

"Iya Ri?"

"Lu mens?" tanyaku. Ada darah mengalir di permukaan air. 

"Astaga! Gua nggak sadar kalau mens, tadi nggak kok," Mira bangun, ia sangat panik."

"Gimana ini Rik?" tanya Eldi. 

Riki menggaruk kepalanya sendiri. Dia turun ke dalam air lalu mengaduk-aduk darah yang mengalir perlahan di permukaan air agar gumpalan darah itu hilang. 

BACA JUGA : Sungai Siak

"Sudah nggak apa-apa. Yang penting banyak berdoa aja," kata Riki. Ia lalu menyuruh kami melanjutkan perjalanan ke kawah. 

Sesaat sebelum kami meninggalkan Curug Putri, terdengar suara raungan dari langit. Entah suara apa itu, disambut angin yang berembus kencang menerpa pepohonan. Kami semua menutup mata karena banyak daun kering dan debu yang beterbangan. 

Dan saat kembali membuka mata, Mira menghilang entah ke mana. 

Kami panik lalu turun kembali ke Curug Ciputri,  memanggil-manggil Mira.

"Rik! Mira ke mana Rik!" Eldi menarik baju Riki. 

"Gimana ini Riki?" lanjutnya tanpa memberi kesempatan Riki untuk bicara. 

"Ada apa ini?" seorang lelaki tua muncul dari jalan setapak, ia mengenakan baju hitam dan celana hitam semata kaki, ia juga mengenakan blankon.

"Pak pacar saya hilang, Pak," Eldi menghampiri lelaki itu. 

"Siapa itu, Rik?" tanyaku. 

"Dia Pak Jaro, kuncen gunung ini," jawabnya sambil menghampiri lelaki tua itu. Riki lalu menyalaminya.

"Memangnya apa yang udah pacarmu lakukan di Curug ini?" tanyanya. 

BACA JUGA : Gunung Merapi Part 1

Eldi langsung menjelaskan kejadiannya. Pak Jaro menggeleng-gelengkan kepala. 

Ia berjalan mendekati air terjun, di hadapan air terjun itu ia berdiri sambil mengacungkan kedua tangannya ke langit. Entah apa yang sedang dilakukannya. Tidak lama kemudian dia menghampiri kami kembali. 

"Teman kalian baik-baik saja. Dia melakukan kesalahan fatal, ada ritual yang harus kalian lakukan kalau mau dia kembali."

"Apa itu, Pak?" tanya Eldi. 

"Kalau mau mari ikut aku," dia melangkah ke arah jalan setapak menuju kawah. Kami mengikutinya dari  belakang. 

"Apa dia bisa dipercaya?" aku berbisik di telinga Riki.

"Tenang saja, dia orang baik. Dia juru kunci gunung ini," Riki membetulkan posisi kacamatanya, lengannya menepuk pundakku. Ia mencoba menenangkan kepanikan. 

Aku tidak tahu ke mana Pak Jaro akan membawa kami, kata Riki ini bukan lagi jalur menuju kawah. Pak Jaro harus menebas rerumputan liar yang menghalangi jalan. Semakin masuk ke dalam hutan, semakin terasa menakutkan.




Posting Komentar

0 Komentar