Pendakian Gunung Pulosari Part 4

SUARITOTO Kami tiba di pos parkiran Gunung Pulosari. Ada beberapa motor dan mobil yang juga terparkir di sana. Penjaga pos meminta data diri kami. Ia mencatat dengan teliti. Mereka juga memeriksa tas kami. Mungkin mereka khawatir ada pendaki yang membawa narkoba atau barang-barang lain yang tak diperkenankan.

“Kalian tahu larangannya?”

“Tidak boleh bawa minuman keras dan narkoba?” jawab Riki. 

“Bukan hanya itu,” si penjaga pos berhenti menulis. Ia melihat ke arah kami dari balik loket kaca. 

“Pastikan yang sedang menstruasi jangan mandi di Curug Putri. Jangan ada yang mesum. Dan, jangan bicara sembarangan!” ucapan lelaki penjaga loket sangat tegas. 

“Mir, lo enggak lagi datang bulan, kan?” tanyaku, berbisik.

“Enggak Ri. Aman.” 

“Baik. Kami pasti tidak akan melanggarnya,” jawab Riki. 

Kami membayar biaya parkir sebesar lima ribu rupiah per motor. Setelah semuanya siap, Riki meminta kami untuk membuat lingkaran.

“Sebelum melakukan pendakian, ada baiknya kita sama-sama berdoa,” Riki membetulkan kaca matanya. 

“Berdoa, mulai!” 

BACA JUGA : Gunung Merapi Part 1

Kami semua menunduk dan larut dalam doa. 

“Selesai.”

Kami mulai mendaki melewati perkebunan warga. Riki sebagai pemimpin berada di barisan paling belakang untuk memastikan anggotanya baik-baik saja. Masing-masing dari kami membawa tas gunung lengkap dengan semua peralatan yang dibutuhkan. 

Aku berada di barisan ketiga. Kulihat Mira tampak kelelahan karena medan yang kami tempuh terus menanjak semakin curam. 

“Lu capek, Mir? Istirahat dululah,” kataku.

“Baru juga mulai,” Eldi menyela. 

“Enggak kok. Kita lanjut aja. Gua enggak sabar mau lihat Curug Putri,” Mira menoleh ke arahku.

Kami memasuki perkebunan pisang. Kulihat ada beberapa batang pohonnya yang rusak bekas gigitan hewan. Aku yakin itu bekas gigitan hama babi hutan. Dari beberapa artikel yang pernah kubaca, penduduk Pulosari memang diresahkan oleh hama babi hutan.




Posting Komentar

0 Komentar