Pendakian Gunung Pulosari Part 3

SUARITOTO Aku mengembuskan napas berat. Tanganku berhenti membereskan pakaian.

“Ya udah nanti gua anter izin aja ke mm lu, ya.”

“Eh, Ri, lu mau kalau gua kenapa-napa terus elu yang dituntut sama om gua? Mendingan ikut aja! Kan bisa jagain gua juga.”

“Pacar lu juga ikut kan, Mir?” tanyaku dengan nada malas.

“Iya dia ikut juga, ah tapi nggak akan seru kalau lu nggak ikut.”

Aku terdiam sejenak. 

“Siapa yang bakal jadi pemandunya? Kita kan amatir, Mir. Harus ada minimal satu orang yang mahir naik gunung. Enggak boleh sembarangan. Bahaya!”

“Riki, Ri. Kita ke sana bareng sama si Riki, anak kelas B. Dia mahir banget soal pendakian.”

Riki memang anak pencinta alam. Dia sudah mendaki berbagai gunung di pulau Jawa. Aku sangat percaya kalau Riki yang jadi pemandunya.

BACA JUGA : Kampung Tumbal

“Naik gunung apa, Mir?”

“Jangan jauh-jauh. Pulosari aja,” kata Mira. 

Gunung Pulosari memang lokasinya dekat dengan kampusku. Bahkan, dapat dilihat dari jendela kelas. Banyak orang juga dari luar kota yang mendaki gunung itu. Selain ketinggiannya hanya 1346 MDPL, Gunung  Pulosari juga terkenal dengan air terjunnya yang indah. Air terjun itu bernama curug Putri. 

“Ya udah deh gua ikut," kataku. 

Seharusnya saat itu aku tidak mengiyakan ajakan Mira. Atau seharusnya aku melarang Mira untuk naik gunung. Tapi, sore itu aku malah mendatangi tempat tinggal mira di rumah om-nya. Sebab, Mira juga seorang perantauan.

Sore itu, aku, Mira, Riki, dan Eldi berkumpul di teras rumah. Kami merencanakan pendakian untuk besok. Sudah banyak hal-hal indah yang kami bayangkan saat sampai di puncak nanti. Sayangnya, rencana itu ternyata menjadi awal malapetaka bagi kami.




Posting Komentar

0 Komentar