Pendakian Gunung Pulosari Part 8

SUARITOTO Setelah susah-payah melewati semak belukar, akhirnya aku melihat sebuah rumah gubuk. Bangunan itu sepertinya terbengkalai. Biliknya dirambati tanaman liar. Itu gubuk kecil yang entah semula dijadikan tempat apa.

Di depan gubuk itu ada dua gundukan tanah seperti kuburan. Namun, aku tidak bisa memastikan kalau gundukan itu memang kuburan manusia atau bukan. 

Pintu gubuk sudah tidak ada engselnya. Pak Jaro menggeser pintu itu lalu mempersilakan kami masuk. Eldi dan Riki masuk ke dalam gubuk. Sementara aku berdiri di depan pintu dengan perasaan ragu. Bagaimana mungkin aku bisa memercayai orang yang baru saja aku kenal? Aku sangat curiga kepada lelaki tua itu.

“Kamu kenapa?” tanya Pak Jaro.

Aku diam. Mataku memperhatikan gubuk yang sudah lapuk itu.

“Curiga sama saya?” Pak Jaro menatapku tajam.

“Ri, ayo masuk!” Eldi melongokkan kepala. Ia berdecak kesal. 

“Kita mau apa di dalam, Pak?” tanyaku penasaran sekaligus curiga. 

“Ada ritual yang harus kalian lakukan sebagai bentuk permohonan maaf.”

“Jangan khawatir, Ri. Masuk aja,” kali ini Riki yang membujukku. 

Ragu-ragu aku melangkahkan kaki masuk ke dalam gubuk itu. Di dalam tidak ada apa-apa. Gubuk hanya beralaskan tanah yang lembap. Pak Jaro meminta kami untuk melingkar. Ia kemudian memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, lalu bergumam membacakan mantera yang entah apa. Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. 

“Teman kalian itu kualat. Kalian juga akan kena imbasnya. Malam ini, kalian harus menginap dulu di sini. Saya akan lakukan ritual di Curug Putri agar kalian semua selamat.”

“Bagaiman dengan pacar saya, Pak?” tanya Eldi dengan wajah khawatir.

“Nanti setelah ritual, dia pasti kembali.”




Posting Komentar

0 Komentar