Santet Sanak Kadang Part 6

SUARITOTO Aku yang dimaki-maki di depan ruang ICU, karena dianggap tidak becus dan lagi-lagi anak pembawa sial. Akhirnya akupun hanya bisa terdiam, keluar sejenak dari ruangan yang menyesakkan itu.

Aku harus apa?

Apa aku salah membawa Eyang?

Akhirnya aku hanya bisa terduduk, memandang mereka dari kejauhan yang seolah-olah memamerkan makanan yang mereka bawa. Menawariku saja mereka tidak mau, bahkan ketika orang bertanya, mereka menjawab seolah-olah mereka yang membawa Eyang ke RS.

Aku tidak tahu, aku harus bersyukur atau harus malu,

"Kamu belum makan loh dari kemarin, saya lihat kamu pontang panting sendirian mengurus Eyang kamu, orang tua kamu mana?. Ini saya beliin makanan buat kamu, dimakan ya, ini juga minumnya," kata seorang suster dengan nada keras.

Tak lama kemudian beberapa penjenguk dari keluarga lain melakukan hal yang sama. Mereka memberiku makan dan minuman bahkan ada yang mau menggantikan cucunya denganku, karena melihat aku kemarin menggendong Eyang.

BACA JUGA : Gugur Bunga Bundaran Teknik UGM Part 1

Jangan tanyakan tatapan keluarga papaku, tentunya mereka jijik melihatku apalagi sepupuku yang bernama Rena, terang-terangan menghinaku di hadapan banyak orang, dan disambut gelak tawa keluargaku.

Aku memilih untuk diam, dan makan makanan yang orang-orang berikan padaku. Aku tidak mau ambil pusing dengan mereka, toh orang-orang di Rumah Sakit ini tahu, apa yang sudah aku lakukan untuk Eyang.

Keluarga papaku menjadi sorotan, karena selain pembawaan mereka yang terlihat mentereng ditambah perlakuan mereka yang berbanding terbalik. Bagaimana tidak, merk brand ternama sudah mereka tenteng di tahun itu, tapi semua berbanding terbalik dengan bagaimana mereka memperlakukan aku.

Tak lama kemudian, Eyang memanggil semuanya ke ICU, tapi hanya boleh satu per satu. Aku tidak akan masuk kecuali Eyang memanggilku.

BACA JUGA : Kolam Renang Angker Indonesia

Dan benar saja, mereka keluar dengan muka masam karena ditolak Eyang. Eyang hanya memintaku masuk ke dalam ruangannya.

Aku pun masuk menemani Eyang, beliau meminta maaf dengan berurai air mata, tangisan penyesalan Eyang untuk pertama kalinya.

Akupun meminta Eyang untuk mau menerima kedatangan mereka tapi lagi-lagi eyang menolaknya. Bahkan eyang tidak mau bertemu dengan cucu kesayangannya, anak tertua tante Hana. Eyang hanya mau bertemu dengan mamaku.

Tak lama kemudian, mama papaku datang, aku mendengar suara cek-cok dari luar, ketika aku keluar dan menghampiri, papa menamparku karena menganggap akulah yang menyebabkan Eyang sakit, karena aku kasih Eyang makan makanan sembarangan.

Di detik papa menamparku, aku bersumpah, bahwa tamparan papa yang disebabkan dari fitnah keji saudaranya, akan berbalik menjadi kebencian papa terhadap mereka.

Kita lihat saja, apa yang akan Gusti Pangeran berikan kepada kalian semua. Tak lama kemudian, papa masuk ke ruangan Eyang, aku berpamitan ke mama karena aku mau ganti baju. Mama memintaku untuk tetap salim ke mereka semua dan ya, aku lakukan itu, walau tidak berbalas dan diacuhkan setidaknya aku sudah menuruti mamaku.

Tatapan sinis dari mereka semua seolah-olah ingin menelanku, tapi apa salahku kalo Eyang tidak mau bertemu mereka, toh mereka sendiri yang mengusir Eyang.

Sesampainya di rumah, aku merebahkan badanku dan asanya remuk redam, semalaman tidur di lantai rumah sakit beralaskan kardus, untung ketolong ada jaket kalo enggak, gak kebayang seremuk apa badan ini.

Baru saja aku akan memejamkan mata, aku lihat gawaiku menyala. Ternyata mama menelepon dan meminta aku untuk sesegera mungkin ke RS.

BACA JUGA : Kontrakan Angker Part 1

Tak lama kemudian, akupun bergegas untuk bersiap-siap ke rumah sakit akupun tiba di Rumah Sakit tapi aku hanya melihat drama.

Mereka masih saja menyalahkan kedua orang tuaku, yang membiarkan Eyang tinggal bersamaku hingga Eyang jatuh sakit dan koma.

Hello, enak aja, eyang kan sakit karena kalian anak-anak tidak tahu diri yang tega ngusir ibunya sendiri dan nganggep benalu ibunya. Tapi nyatanya mereka tidak sadar juga, untung eyang koma, setidaknya eyang tidak harus mendengar drama mereka.

Jika kalian yang tidak percaya kisah Malin Kundang itu ada, aku beritahu kepada kalian, Malin Kundang itu nyata adanya dan anak kandung tega dengan ibu kandung pun ada.

Satu bulan kemudian

Eyang pun sembuh, dan memilih tinggal denganku karena anak-anaknya tidak ada satupun yang mau mengurus eyang. Ya sudahlah, aku anggap ini sebagai baktiku untuk eyang, agar eyang bisa menganggapku cucunya.

Tapi ternyata dugaanku salah, Eyang bahkan tidak segan merendahkanku dan mamaku. Mulai dari ke mbak yang bebersih rumah, satpam komplek, hingga hampir seluruh orang di komplek tau keadaan rumah seperti apa.

BACA JUGA : KKN Desa Penari Part 1

Bahkan Eyang pun terang-terangan mengaku lebih sayang kepada pembantunya daripada aku yang cucunya. Yang bisa kulakukan hanya nangis dan bersimpuh di setiap gelaran sajadahku memohon agar eyang dibukakan hatinya, jika tidak untukku, setidaknya untuk mamaku.

Tapi anehnya, walau Eyang membenciku, tiap pagi Eyang selalu membelikan jajanan pasar untuk sarapanku atau bekalku kuliah, dan malamnya beliau tidak akan mau masuk ke kamarnya sebelum aku pulang dan makan malam dan itu berlangsung setiap hari hingga sebelum Eyang meninggal.

Sedangkan urusan buang hajat pun, aku masih membersihkan dan memandikan Eyang setiap paginya, memotong rambut, memotong kuku, semua masih aku lakukan karena aku tidak ingin eyang semakin menyakiti mamaku.




Posting Komentar

0 Komentar