Santet Sanak Kadang Part 5

SUARITOTO Akupun menyerahkan tulisanku kepada Habaib Farhan, kemudian beliau mengelus kepalaku sambil memintaku untuk tetap sabar. Aku pun hanya menganggukkan kepalaku, aku hanya melakukan ini untuk mama dan papaku, bukan untuk yang lainnya.

Entah apa yang terjadi, bukannya aku mau overproud tapi tak lama kesurupan massal itu dapat teratasi dan berubah menjadi pingsan massal sebelum menjadi isak tangis, karena ada salah satu santri yang meregangkan nyawanya.

Hmmm, ada satu korban yang bukan berasal dari keluarga papa. Ini kejadian pertama, sebelum akan ada lagi kejadian selanjutnya yang memakan korban di luar keluarga papa. Kejadian yang hanya membuat kebencianku menumpuk terhadap keluarga papa.

Tahun 2000, 7 hari pasca pengajian akbar pagi itu, papaku kelihatan aneh, jalannya tidak seperti biasanya dan entah kenapa punggung dan kaki papa terlihat membengkak, seperti ada tempurung kelapa bahkan untuk berjalan pun papa dibantu oleh mama.

Aku tidak pernah melihat papa seperti ini, terlihat kesakitan dan lemah bahkan seperti tidak ada darah yang mengalir pada tubuhnya. Yaa Tuhan, cobaan apalagi kali ini pagi itu rumahku ramai sekali karena kedatangan Gus Malik dan para santrinya yang disusul dengan Habaib Farhan dan para santrinya, dan tak lama teman lama papa, pak Sastro datang tergopoh-gopoh, menaruh sepedanya dengan asal.

BACA JUGA : Gugur Bunga Bundaran Teknik UGM Part 1

Aku tidak jadi ke sekolah, karena sejak santet itu mengganggu keluargaku, aku memang jarang pergi ke sekolah, karena harus bergantian dengan mama menjaga adikku yang masih balita dan sekarang harus menjaga papa.

Tak lama setelah mereka berkumpul, mereka memindahkan papa ke kamarku karena selain posisi kamarku yang berada di depan juga katanya di kamarku yang energinya paling bagus buat melepas segala jenis santet.

Itu untuk pertama kalinya aku melihat dengan mata kepala sendiri bahwa benda-benda tidak masuk akal bisa keluar dari badan bahkan bangkai binatang pun ikut keluar. Mereka semua memintaku untuk memegang kepala papa dan entah kenapa, ketika aku tarik, keluarlah ikatan kawat dari kepala papa.

Tidak hanya itu, bahkan dari perut papa keluar bongkahan bangkai kucing hitam dan bayi. Jujur aku menangis melihat beliau, karena ini bukan salahnya. Papa hanya korban disini, tidak hanya paku dan belati, bahkan dari lutut papa mengalir nanah yang berbau amis dan anyir.

Baru kali ini aku melihat papa selemah ini, biasanya kalau ada hal aneh papa tidak pernah sampai seperti ini. Selalu bisa sembuh dengan sendirinya, tapi siapa yang sudah berbuat serendah ini.

BACA JUGA : Pendakian Gunung Lawu Part 1

Setelah papa, giliran mama yang tidak kalah mengagetkan, keluar ular kecil dari kemaluan mamaku dan lagi-lagi aku yang harus mengeluarkannya. Papa dan mamaku, diobatin kurang lebih 3x hingga kemudian 41 hari dinyatakan sembuh.

Tapi itu semua tidak berakhir begitu saja karena ternyata, akulah yang harus menjadi ganti kedua orangtuaku. Jangan kalian bayangkan aku mengeluarkan benda-benda aneh dari tubuhku. Alhamdulillah sampai detik ini dan semoga jangan pernah, aku mengeluarkan benda aneh.

Aku hanya bermimpi bahawa keluargaku dijahatin dan paginya, setelah mimpi, pasti aku akan buang hajat alias buang air besar dan berlaku sampai sekarang, jika ada yang nggak beres pastinya aku buang air besar.

Setelah 41 hari pasca kesembuhan kedua orangtuaku, tidak lama kemudian Pakde Ros meninggal dunia dan dari tubuhnya ditemukan benda-benda yang sama persis yang berhasil dikeluarkan dari tubuh papa dan mamaku.

7 tahun kemudian

Setelah kelulusanku, dan aku diterima di Fakultas terfavorit disalah satu PTN di kota lumpia kenyataan kembali menghantamku karena eyang Putri memilih tinggal bersamaku di rumah.

Aku tidak bisa membayangkan, haru tinggal satu atap dengan nenek sihir. Setelah 7 tahun aku tenang, aku bisa ceria, enggak ada angin enggak ada hujan, aku harus dihantam kenyataan bahwa aku harus tinggal bersama Eyang Putri.

BACA JUGA : Fakta Horor Gunung Salak

Kabarnya, Eyang diusir oleh tante Hana, seluruh barang eyang dibuang di halaman rumah, dan Eyang dianggap benalu. Dan sekarang, aku harus mengurus Eyang walau dengan berat hati semua aku lakukan, tapi aku tidak menyesali ini sama sekali karena sekarang aku sadar, bahwa eyang juga sayang denganku.

Hari pertama datang ke kota lumpia ini diawali dengan sakitnya Eyang. Eyang terpukul, drop, karena anak kesayangannya mengusirnya dari rumahnya ditambah dengan kenyataan tidak ada yang mau ngurus Eyang, selain aku, sang cucu pembawa sial.

Mulai dari mengurus ketika di rumah, memanggilkan taksi, dan menggendong Eyang sampai ke dalam taksi, semua aku lakukan sendiri.

Sesampainya di RS, aku juga menggendong Eyang dari taksi ke dalam ruang UGD, aku lalu mengurus administrasi untung uang beasiswa dari salah satu perusahaan rokok ternama sudah turun, setidaknya, aku bisa membayar uang deposit untuk Eyang, agar Eyang bisa dipindahkan ke ruang ICU.

BACA JUGA : Misteri Sungai Bengawan Solo

Baru setelah selesai semuanya, aku mengabari mama dan papaku, karena mereka sedang berada di luar kota. Hari itu aku harus menunggu eyang sendirian. Lapar, haus harus aku tahan, karena uangku sudah aku pakai untuk deposit eyang di ICU. Mungkin ada beberapa pengunjung yang melihatku, hingga mereka berbagi makanan denganku.

Keesokan harinya, seluruh anak dan cucu eyang datang layaknya artis ibukota tapi tidak seorangpun yang melihatku, sekedar bertanya kabar Eyangpun enggak. Bahkan ketika aku berusaha menyapa mereka, lagi-lagi aku yang disalahkan.




Posting Komentar

0 Komentar