Kontrakan Angker Part 3

SUARITOTO Dengan sekuat tenaga, kudorong triplek yang menutupi lubang. Sayangnya tenagaku tidak cukup kuat untuk membuka triplek itu. Mungkin saja sosok yang menyerupai ayah menahan tripleknya dari atas agar aku tidak bisa keluar. 

Tidak ada jalan lain, aku harus turun ke bawah. Siapa tahu di bawah sana ada  jalan keluar. Dengan sangat hati-hati kuturuni satu per satu anak tangga. Lubang ini sangat gelap, kakiku harus meraba-raba anak tangga agar tidak jatuh. 

Aku melihat sebuah cahaya. Tidak salah lagi, aku pasti hampir tiba di ruang bawah tanah. Dengan susah payah akhirnya aku berhasil menuruni tangga itu. Sekarang aku berada di sebuah ruangan yang lebih layak disebut gudang. 

Ruangan ini cukup luas. Banyak tumpukan kardus bekas di mana-mana. Dengan penuh waspada aku mulai menelusuri ruangan ini. Apakah ayah tahu kalau ada ruang bawah tanah di rumah ini? 

BACA JUGA : KKN Desa Penari Part 1

Di sudut ruangan, kulihat seorang lelaki berdiri membelakangiku. Karena penasaran perlahan aku mendekatinya. Dia mengenakan jaket hitam, topi, dan celana panjang berwarna hitam. 

"Jadi kamu penghuni baru rumah ini?" lelaki itu membalikkan badan. 

Dari wajahnya, aku dapat menebak kalau dia berumur sekitar 50 tahunan. 

"Bapak ini siapa? Kok ada di rumah saya?"

Dia tersenyum sinis.

"Ini rumahku, bukan rumah kamu," lelaki itu mendekat. Aku mundur beberapa langkah. 

Kata ayah aku harus selalu hati-hati kalau bertemu dengan orang asing. 

"Jangan takut. Aku bukan orang jahat," dia mengambil kursi lipat yang tergeletak di lantai. 

"Duduklah, aku mau ceritakan sesuatu padamu."

"Cerita apa?"

"Tentang rumah ini," jawabnya singkat sambil tersenyum.

Tampaknya lelaki ini memang murah senyum dan ramah. Tidak ada salahnya mendengarkan cerita tentang rumah ini. Sambil terus waspada, aku duduk di hadapannya.

"Bapak kenapa bisa ada di sini?" tanyaku. 

"Sudah kubilang aku pemilik rumah ini dan di sinilah aku tinggal."

BACA JUGA :  Hantu Universitas Indonesia

Aku masih bingung kalau dia tinggal di sini kenapa ayah tidak memberitahuku.

"Rumah ini ada hantunya, Pak," entah kenapa tiba-tiba aku ingin penyampaikannya pada si pemilik rumah. 

"Itu roh orang-orang yang mati di rumah ini."

"Mati? Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Mereka semua dibunuh," timpal lelaki itu.

"Salah mereka apa? Dan siapa yang membunuhnya?"

"Aku sendiri yang membunuh mereka karena aku tidak suka pada tingkah mereka."

Mendengar penjelasannya, aku langsung berdiri dan hendak menjauh dari lelaki misterius itu. 

"Tanang. Aku hanya membunuh orang-orang jahat. Sudah kubilang kalau aku orang baik. Aku tidak akan menyakitimu, Nak," lelaki itu juga berdiri, ia mencoba untuk menenangkanku. 

"Aku harus naik lagi, mungkin ayah sudah pulang," kataku lalu berjalan ke arah tangga. 

"Ayahmu belum pulang," katanya. 

"Darimana bapak tahu?" tanyaku sambil menoleh ke arahnya. 

"Ayahmu yang memberitahuku," lelaki itu naik ke atas kursi. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya. 

"Bapak mau apa?" tanyaku.

Sebuah tali jatuh dari atas kepalanya. Dia mengalungkan tali tersebut ke lehernya. 

"Pak jangan Pak!" teriakku.

Aku menjerit melihat lelaki itu tiba-tiba gantung diri di hadapanku.  Kedua matanya melotot, kakinya bergerak-gerak, air kencing mengucur dari celananya. Dia sekarat dan mati begitu saja.

BACA JUGA : Pendakian Gunung Gede Part 1

Buru-buru aku lari ke arah tangga dan langsung naik ke permukaan. Sambil menangis aku memanggil-manggil ayah, berharap dia dapat menolongku. Setibanya di puncak, triplek itu masih tertutup rapat. Aku tidak bisa membukanya. Sementara itu kudengar ada seseorang yang menaiki tangga, itu pasti hantu!

"Ayah! Tolong!"

"Ayah!" 

Teriakku sekuat tenaga. Kucoba mengetuk-ngetuk triplek tersebut dan perlahan ada yang membukanya. Tampaklah seorang lelaki yang wajahnya tidak asing. Ya, aku ingat dia adalah lelaki yang membantu ayahku tadi siang. 

"Ayo Nak," dia mengulurkan tangan. Aku menyambut tangannya dan berhasil naik ke permukaan. 

"Kamu kenapa bisa masuk ke sini?" tanya lelaki itu. 

"Ayah? Mana ayah?" aku tidak menjawab pertanyaan lelaki tersebut dan malah menanyakan ayah. 

"Ayah kamu ke mana emangnya? Tadi aku lihat pintu rumah terbuka makanya aku cek ke sini, takutnya ada maling," ujar lelaki itu. 

"Rumah ini ada hantunya. Aku takut," kataku.

"Hantu?" dia mengerutkan dahi. 

"Iya aku lihat hantu di rumah ini," kataku sambil terus menangis. 

"Jangan khawatir sekarang kamu aman. Aku akan menjagamu sampai ayahmu pulang," katanya. 

Dia menutup kembali lubang itu lalu membawaku ke ruang tamu. Malam ini terasa sangat panjang. Aku tidak tahu ayahku di mana. Aku khawatir terjadi hal buruk pada ayahku.




Posting Komentar

0 Komentar