Kontrakan Angker Part 2

SUARITOTO Aku tidak bisa tidur. Ini masih jam satu dini hari, riuh orang yang sedang mengobrol di ruang tamu benar-benar membuatku takut. Apalagi barusan ada sosok menakutkan yang tersenyum ke arahku. Siapa mereka? Apakah rumah ini ada hantunya?

Ayah benar-benar tega ningalin aku sendirian di rumah ini. Aku sedang mencari cara untuk menghubungi ayah. Oh ya, aku ingat dulu ayah pernah bilang kalau dia menyimpan ponsel darurat di lacinya. Dia menyuruhku untuk menghubunginya kalau terjadi apa-apa di rumah. 

Bergegas kucari ponsel itu di laci ayah. Di laci yang paling atas tidak ada, laci kedua juga tidak ada, dan di laci ketiga tepatnya di samping tumpukan majalah akhirnya ponsel itu kutemukan. Untung saja baterainya belum habis. 

Kupijat tombol ponsel itu lalu mencari nomor telepon ayahku. Saat itu juga ada seseorang yang kembali mengetuk pintu kamar. Kali ini ketukannya berjeda dan hanya tiga kali ketukan saja. Tanganku bergetar, nomor telepon ayah susah sekali ditemukan. 

Setelah susah payah mencari nomornya, segera kutelepon Ayah. Sialnya nomor itu malah tidak aktif. Aku berdecak kesal lalu kembali ke tempat tidur. Ponsel itu masih digenggamanku. Sebelum aku bersembunyi di balik selimut, mataku menangkap sebuah surat di bawah pintu. Surat itu berwarna biru dan tampak mencurigakan. Karena penasaran, kuambil surat itu lalu membacanya. 

'Aku di bawah, tolong aku'

Hanya itu yang tertulis dalam surat, tidak ada nama pengirimnya di bagian bawah. Siapa malam-malam begini yang minta tolong? Aku juga tidak paham maksudnya 'di bawah' itu di mana. Setahuku rumah ini tidak memiliki ruang bawah tanah. 

BACA JUGA : Pendakian Gunung Gede Part 1

Sebelum kulipat surat itu, munculah surat lainnya dari bawah pintu seperti ada yang menyodorkannya. Segera kubuka surat tersebut dan lagi-lagi isinya hanya satu kalimat saja tanpa ada nama pengirimnya. Pesan itu berbeda dari surat sebelumnya. 

'Aku ada di ruang bawah tanah. Cepat ke sini, ayahmu juga di sini.'

Apa? Ayahku juga ada di sana? Tanpa pikir panjang lagi, kubuka pintu. Orang-orang asing itu sudah menghilang entah kemana, tapi banyak surat yang tergeletak di lantai. Surat-surat tersusun rapi mengarah ke dapur seperti membuat petunjuk jalan. 

Dengan penuh penasaran, kuikuti surat-surat itu. Tibalah aku di dapur, surat itu berhenti di dapur dan saat kuinjak lantainya ada sesuatu yang aneh. Lantainya rapuh seperti ada ruang di bawahnya.

Kuangkat satu per satu keramik itu. Tampaklan triplek besar yang seolah menutupi lubang. Triplek itu lumayan berat, aku sampai berkeringat mengangkatnya. Di bawah triplek itu ternyata ada lubang dan dan sebuah tangga. Tidak salah lagi, rumah ini memang punya ruang bawah tanah. 

BACA JUGA : Kisah Kelam Sadako

Aku ragu antara turun atau tidak. Lalu ponsel berdering, aku senang karena akhirnya ayah meneleponku. Buru-buru kuangkat telepon dari ayah. Untuk beberapa saat terdengar bunyi tuuut tuuut  di seberang telepon. Setelah berhasil tersambung, aku langsung mencerocos pada ayah.

"Ayah di mana? Rumah kita ada hantunya Yah. Aku takut, di dapur juga ada ruang bawah tanah."

"Jason tolong ayah. Ayah ada di ruang bawah tanah. Kamu turun sekarang ke sana ya."

"Iya Yah. Ayah jangan khawatir, Jason turun sekarang juga!" kataku dengan napas terengah-engah.

"Iya turun ya sekarang. Ayah tunggu!" timpal ayah.

Telepon ditutup, aku langsung turun ke lubang itu. Baru lima tangga kuturuni, dari atas kulihat ada ayah memperhatikanku. 

"Ayah?" desisku sambil mendongak.

Ayah tidak menjawab dia hanya tersenyum datar dan dari belakangnya muncul lagi sosok yang menyerupai ayahku. Bukan hanya satu, tapi ada dua sosok yang muncul. Kini ada tiga orang yang menyerupai ayah. Mereka menatapku, tatapan itu sekarang terkesan mengerikan.

"Ayah," kataku seketika aku nangis sambil berpegangan erat pada tangga. 

Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Salah satu dari mereka malah menutup kembali lubang itu dengan triplek. Aku menangis sejadi-jadinya sambil berteriak minta tolong ke ayah. Kini aku sendirian di dalam lubang yang gelap dan lembap.




Posting Komentar

0 Komentar