Misteri Hutan Karet Part 3

SUARITOTO Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 02:09 dini hari. Malam terasa semakin dingin. Hujan gerimis terus menyirami ladang karet tanpa henti, yang terdengar hanyalah suara daun-daunan yang terpukul oleh rintik hujan. Sesekali juga terlihat kilatan petir yang berkedip-kedip.

Aku masih berdiri diam tanpa bergerak sedikitpun. Kulihat si hitam mulai mendekati pohon, jaraknya dengan pohon mungkin hanya tersisa 1 atau 2 meter saja. Si hitam terus menyalak dengan keras.

Pada saat itu juga, mendadak makhluk itu mengaum dengan suaranya yang ganas bagai halilintar, lututku menggigil tidak karuan. Dua ekor anjing itu kini sudah tidak berani lagi mengeluarkan suara mereka, suara mereka seakan lenyap begitu saja bagaikan asap yang lenyap dilahap angin.

Aneh sekali. Ya Tuhan, sekali auman saja yang dia keluarkan dua ekor anjing kekakku yang gagah itupun langsung ciut. Bagaimana bisa?

Kini dua ekor anjing itu hanya duduk sambil menggerakkan ekor mereka, sesekali kaki depan mereka nampak menggali tanah, dan juga telinga mereka yang tadinya berdiri tegap namun kini sudah terlihat sangat lemah dan kendur, telinga mereka terlihat kecut seakan menahan takut.

Aku semakin penasaran, apakah gerangan yang sedang terjadi? Dan aku mulai menduga bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kedua anjingku tersebut. Aku merasa seolah-olah ada aura yang kuat yang membuat nyali kedua ekor anjingku itu menjadi ciut. Dan kini mereka berdua sedang tidak berdaya lagi untuk menyalak dan apalagi untuk melawan.

Pada saat itu, hujan sudah reda. Kini embun tipis sudah mulai turun menyelimuti hutan, hawa terasa dingin membalut kulit. Aku tidak tahu, entah kenapa aku masih diam di tempat tanpa mau beranjak sedikitpun. Apakah karena aku penasaran? Dan ataukah juga sudah terkena aura kuat yang sedang menimpa kedua ekor anjingku tersebut? Tidak, aku tidak boleh diam, aku harus membawa si kuning dan si hitam pulang bersamaku.

BACA JUGA : KKN Desa Majalaya Bandung Part 1

Aku tidak boleh takut, aku harus menjadi lebih berani daripada sebelumnya. Kini, tiba-tiba bulu romaku berdiri tegap, lututku mulai menggigil pelan, aku benar-benar sudah dikalahkan oleh rasa takut yang begitu besar. Aku masih diam seribu bahasa sambil menatap makhluk besar itu yang berada di atas pohon.

Aku benar-benar takut. Aku hampir tidak percaya, bagaimana mungkin aku yang tadinya asyik berbaring di dalam kamarku tiba-tiba saja sudah berada di dalam gelap hutan kebun karet ini? Jika disuruh memilih, aku lebih memilih untuk tetap berada dikamarku dan tidak akan keluar sampai pagi datang.

Makhluk itu mulai bergerak, kulihat tangannya yang sebesar pahaku dengan kuku yang menyeramkan mulai bergerak untuk menoleh kepadaku yang masih berdiri di belakangnya. Aku harus berbuat sesuatu sebelum dia melihatku, ya Tuhan.. tolong aku.. Begitulah resah ku dalam hati.

Kali ini aku benar-benar memberanikan diri untuk menarik karet ketapel ku. Makhluk itu kini telah menghadap kedepan, namun ia masih tidak mau mepperlihatkan wajah aslinya. Dia mengintip dari celah-celah tangannya. Entah untuk menahan cahaya senterku dan ataukah kenapa? Aku benar-benar tidak tahu.

Makhluk itu bertanduk, di bagian bahu depannya terlihat seperti ada duri-durinya yang sebesar jari kelingkingku. Makhluk itu benar-benar menyeramkan. Bulunya sangat lebat dan hitam pekat.

Dua ekor anjingku kini sudah semakin tidak berdaya, sepertinya makhluk itu punya kekuatan yang besar untuk melumpuhkan mereka. Hanya saja dia belum bisa sepenuhnya melumpuhkan diriku.

Aku terus berdoa dalam hati, membaca ayat kursi, surah tiga kul dan juga beristighfar untuk memohon perlindungan dari Allah. Sedikit demi sedikit kini aku sudah bisa mengontrol rasa takutku, hanya saja sekujur tubuhku ini masih basah oleh keringat yang aku sendiri tidak tahu darimana asalnya. Mungkin itulah yang sering disebut dengan keringat dingin, yaitu adalah keringat yang sering keluar pada saat kita sakit, gerogi, dan bahkan juga takut.

BACA JUGA : Dibalik Sephia Sheila On 7

Bismillah.. begitulah ucapku dengan khusyuk sambil menarik nafas dan kemudian melepaskan peluru ketapel yang terbuat dari batu ke arahnya.

Uaaarrgghhhh....! Begitulah pekikan suara auman makhluk tersebut ketika peluru ketapel ku mengenai perutnya.

Bukan main kagetnya aku mendengarnya, makhluk itu langsung keluar memperlihatkan wajah aslinya kepadaku dengan marah. Makhluk itu bertaring panjang dari tepi mulutnya menjulur keluar seperti taring babi. Wajahnya berbulu lebat, dan di atas kepalanya terdapat bulu-bulu hitam yang lebat, dan ditengah-tengahnya itu ada sebuah tanduk yang sepanjang satu jengkal.

Melihat wajahnya pada waktu itu juga aku seakan merasa seperti di sambar oleh petir, aku langsung berlari untuk menyelamatkan diri. Sebelum berlari, dalam sekilas pandang aku dapat melihat dengan jelas bahwa ketika peluru ketapel ku itu mengenai makhluk tersebut, dua ekor anjing milik kakekku itu langsung bisa berdiri dan ikut berlari bersamaku. Kini kami lari secara bersamaan untuk keluar menyelamatkan diri dari kebun karet tersebut.

Dua ekor Anjing milik kakekku sudah lebih jauh di depanku, sementara aku masih tertinggal di belakang.

Aku mendengar semua pohon karet yang ada di belakangku pada waktu itu seakan-akan roboh dan jatuh tumbang ke tanah karena ditabrak oleh makhluk yang mengerikan tersebut.

Aku tetap fokus dan bertekad untuk terus berlari agar dapat dapat keluar dari kebun karet tersebut. Kini jarakku dengan jalan hanya sekitar 10 meter. Dua ekor anjing kakekku sudah menungguku di tepi jalan diluar kebun karet. Sementara aku masih terus berjuang dengan sekuat tenaga.

Makhluk itu terus berlari mengejarku dari belakang dengan suara pekikannya yang menyeramkan, aku bahkan dapat merasakan betapa ngerinya punggung bagian belakangku ini, aku merasa seakan-akan kukunya yang tajam itu hampir-hampir berhasil menangkap punggung bagian belakangku.

BACA JUGA : Pantangan Pantai Selatan

Pohon-pohon terdengar hancur dipatahkan dari belakang, aku benar-benar takut. Aku terus berlari sekuat tenaga. Dan kini aku hampir sampai.

Bahkan si hitam sampai berlari masuk sedikit ke dalam kebun karet untuk menolongku dan ataukah menjemputku? entahlah, aku tidak tahu.

Lima langkah lagi aku akan segera melompat keluar dan sampai di parit pembatas antara kebun karet dengan jalan.

Namun pada dua langkah terakhir, tiba-tiba kaki kiriku ini tersandung keras dengan salah satu batang pohon mati. Hal itu membuat tubuhku ini sampai terpental jauh kedalam parit pembatas antara jalan dengan kebun karet.

Pada saat itu juga aku langsung tidak sadarkan diri. Yang terakhir kaliku ingat pada waktu itu ialah kakiku ini tersandung kayu dan kemudian tubuhku ini terpental jauh kedalam parit, lalu kepalaku ini terbentur lagi pada semen-semen di dinding parit. Aku berhasil sampai di luar kebun karet, namun kepalaku terbentur keras, sehingga membuat aku tidak bisa mengingatnya lagi dengan jelas.

Beberapa saat kemudian, penglihatanku kembali pulih. Semuanya terlihat buram dan remang. Dimanakah aku sekarang? Apakah aku sudah mati? Begitulah pertanyaan yang pertamakali muncul dari dalam benakku.

Kulihat kakek dan nenekku sudah duduk di sebelah kiri, sementara di bagian kanan terlihat ayah dan ibuku bersama adikku Citra.

"Dimana aku pa?" Tanyaku pelan.

"Kamu di rumah sakit, nak" Begitu jawab ayahku.

Beberapa hari kemudian, alkhamdulillah, akupun kembali pulih dari sakitku.

Menurut cerita kakekku, beliau mencariku setelah tidak menemukan aku di dalam kamar, beliau keluar bersama nenekku dari pintu belakang setelah sholat shubuh. Dan kemudian beliau menemukan aku tergeletak di tengah jalan depan gerbang halaman depan bersama dua ekor anjing miliknya.

Dalam kejadian tersebut, si hitam terluka parah di bagian lehernya, sementara si kuning mengalami luka robek di bagian telinganya.

Sampai saat ini, alkhamdulillah kedua anjing yang berani itu sudah pulih kembali.

Namun ada satu hal yang membuat aku bingung, siapakah yang membawaku ke depan gerbang halaman? Apakah makhluk itu? Dan ataukah siapa?




Posting Komentar

0 Komentar