Pendakian Gunung Pulosari Part 46

SUARITOTO Suatu sore, saat aku sedang termangu di jendela kamar, seseorang mengetuk pintu rumah. Segera kubukakan pintu.

“Ori!”

Aku terkejut saat melihat lelaki yang berdiri di hadapanku. Dia Om Bobi. Tanpa dipersilakan masuk, ia menerobos dan langsung duduk di sofa. Ada yang aneh dengan penampilannya. Ia seperti hendak naik gunung. Ia juga menenteng senapan angin di tangan kanannya. 

“Ada apa ya, Om?”

Temani aku naik ke Pulosari untuk mencari Mira,” pintanya.

Aku Bobi, om-nya Mira. Apa yang harus aku katakan kepada ibunya Mira kalau ia tahu Mira hilang di gunung? Seharusnya aku tidak mengizinkannya naik gunung. Mira sudah kuanggap sebagai anak sendiri. Apalagi ketika ayahnya meninggal. Semenjak itu aku bertekad akan menjadikannya seorang sarjana. 

Aku punya firasat kalau Mira dan teman-temannya masih hidup. Mereka masih ada di gunung. Dan, aku tidak menyangka kalau si Ori yang selama ini kupercaya malah mengecewakan. Di situasi seperti itu, dia kuanggap sangat egois karena meninggalkan Mira dan teman-temannya begitu saja. 

Hari ini aku mendatangi rumah Ori. Dia harus menemaniku naik Pulosari untuk mencari Mira. Sebenarnya, istriku tidak memperbolehkanku naik Gunung Pulosari. Terlalu berbahaya katanya. Ditambah, semua akses ke sana sudah ditutup karena ada longsor.

Aku harus mencari jalan alternatif agar tidak ketahuan warga yang bermukim di sekitar gunung. Semua peralatan pun sudah aku siapkan. Mulai dari tenda dome, kantung tidur, karpet, persediaan makanan, pisau kecil, dan alat-alat lain. Semua sudah kukemas ke dalam tas gunung. Aku juga membawa senapan angin untuk jaga-jaga. 




Posting Komentar

0 Komentar