Pendakian Gunung Pulosari Part 44

SUARITOTO Sekitar jam tujuh pagi, Uswah siuman. Kami diperlakukan dengan sangat baik oleh warga kampung. Banyak dari mereka yang menjenguk dan memberi kami makanan. Bahkan, kami tidak diperbolehkan untuk mengendarai motor. Salah satu petugas desa mengantar kami ke rumah masing-masing. Sementara motorku diangkut pakai mobil pikap. 

Di hari yang sama, Gunung Pulosari longsor. Pemerintah daerah kemudian menutup secara resmi jalur pendakian ke gunung itu. Om Bobi, yang tak lain adalah Om-nya Mira sangat marah kepadaku. Bahkan, dia membawa perkara ini ke pengadilan. Ia menganggapku lalai menjaga Mira. 

Untung saja aku bebas dari tuntutan karena aku termasuk korban yang ikut hilang dalam pendakian. Tidak ada bukti kuat kalau aku menyakiti, bahkan membiarkan Mira celaka. Om Bobi yang keras kepala malah berniat mendaki Pulosari untuk mencari Mira. Dia tidak rela kehilangan orang yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri.

Setelah kejadian di gunung, aku mengalami trauma. Aku sering berdiam diri di rumah. Aku tidak menyangka kalau aku masih hidup. Andai saja namaku bukan Tubagus, mungkin saja aku sudah mati di gunung itu.

Tak ada kabar tentang pencarian Mira. Juga para pendaki lain yang hilang. Walau tim SAR sudah berusaha, tapi sampai saat ini pencarian itu masih belum membuahkan hasil. 

Aku tahu kalau Mira memang masih hidup di sana. Ia berdampingan dengan jin. Dan, aku yakin roh Eldi dan Riki juga terperangkap di sana. Mereka mati dengan tidak tenang. Aku tidak menyangka sebuah kecerobohan kecil bisa berakibat sangat fatal. 

Walau aku sudah berhasil keluar dari gunung itu, tapi mimpi buruk tentang gunung itu kerap kali menghampiriku. Dalam mimpi, aku pernah bertemu dengan Mira. Dia terlihat sangat bahagia dan sudah punya lima puluh anak. 




Posting Komentar

0 Komentar