Pendakian Gunung Pulosari Part 42

SUARITOTO Uswah berhus, ia menyuruhku untuk menuruti saja kemauan mereka. 

“Kalian jangan khawatir. Di rumah tetua ada tiga pendaki lainnya yang selamat. Kami tidak ada niatan jahat dan hanya mau membantu kalian,” ujar lelaki itu lalu menyalakan rokok kreteknya. 

Kami dibawa ke sebuah rumah panggung, di dalam rumah itu ada tiga orang pendaki yang kondisinya semrawut. Wajah mereka tampak sangat kelelahan, jaketnya penuh noda lumpur, mereka terdiri dari dua orang perempuan dan satu orang lelaki. 

“Ah, masih ada yang selamat. Silakan duduklah.”

Seorang kakek berbadan kurus kering dan rambutnya sudah putih semua, menyambut kedatangan kami. Tidak ada kursi di ruang tamu, kami duduk di atas tikar pandan. 

“Seperti yang sudah kukatakan tadi kalau kalian adalah orang-orang yang beruntung bisa selamat dari gunung itu.” 

Aku mengerutkan dahi sambil menatap kakek itu. 

“Nama kalian Tubagus dan Ratu itu adalah nama dari keturunan kesultanan Banten. Jadi dedemit tidak akan berani menyakiti kalian, tapi tetap kalian harus dibersihkan. Takutnya ada saja jin yang nempel di tubuh kalian.” 

Kakek itu berbicara sambil tersenyum ramah. 

Aku mengangguk paham, pantas saja saat di kraton kami disuruh berziarah pada Sultan Maulana Hasanuddin.

"Pantas kami disuruh berziarah pada Sultan Maulana Hasanuddin," kataku.

"Kalian berziarah secara gaib. Makam sebenarnya ada di Banten, sesekali berziarahlah ke sana," kata kakek itu.

Lanjutnya, “Dulu Sultan Maulana Hasanuddin pernah tingal di Gunung Pulosari dan berhasil menebarkan ajaran Islam di sekitar pegunungan.”




Posting Komentar

0 Komentar