Pendakian Gunung Pulosari Part 40


SUARITOTO Aku tidak tahu kenapa sang Ratu malah menyelamatkan kami berdua. Berbeda dengan para pendaki lainnya yang mati dengan sangat mengenaskan. Aku dan Uswah malah diberi makan sampai kenyang dan sekarang dikasih jalan untuk pulang. Itu sangat aneh. 

Jalan yang kami tempuh terus menurun, tidak satu pun pendaki yang kami temui. Jalan setapak itu sepi, padahal kata Riki orang-orang lebih suka mendaki di malam hari ketimbang siang. Aku curiga kalau akses ke gunung ini sudah ditutup. 

Uswah berhenti, ia memegang lutut, tampak sangat kelelahan. Dari tadi kami memang berlari kecil agar cepat tiba di perkampungan warga. Aku rasa perjalanan ini masih jauh, kami bahkan belum sampai ke perkebunan pisang warga. 

“Biar gua yang bawa tas lu,” aku membuka tasnya. 

Kami kembali melanjutkan perjalanan. Namun, kali ini tidak berlari. Aku kasihan pada Uswah yang seolah tidak sanggup lagi untuk jalan. Tidak lama berselang, akhirnya kami tiba di perkebunan warga. Kulihat banyak sekali kawanan babi yang menyerang kebun itu. 

Kami tidak mau mengambil risiko dan membiarkan kawanan babi itu merusak kebun pisang. Semakin lama, akhirnya aku melihat gemerlap cahaya lampu dari rumah-rumah warga. Kami berdua sangat senang sampai meneteskan air mata. Aku tidak menyangka kalau aku bisa bertahan hidup selama berhari-hari di gunung ini.

Sekitar jam 3 dini hari, kami akhirnya tiba di parkiran motor. Kudapati masih banyak motor yang terparkir di sana, tapi anehnya pos itu sepi. Tidak ada satu orang pun yang berjaga di sana. Segera kukeluarkan motorku dari parkiran lalu pergi dari pos itu. 




Posting Komentar

0 Komentar