Pendakian Gunung Pulosari Part 39


SUARITOTO Uswah melucuti pakaiannya lalu mandi di kolam kecil itu. Wanita yang dipanggil ratu menoleh ke arahku. Dua penjaga kemudian menggenggam lenganku. Mereka menyeretku dengan paksa untuk mendekati sang ratu. 

Semua bajuku dilucuti. Aku dipaksa mandi di kolam kecil itu. Setelah selesai, aku dan Uswah mengenakan kembali pakaian kami. Kami lalu dibawa ke sebuah ruangan yang indah. Di sana sudah disiapkan berbagai hidangan lezat. Sang Ratu menyuruh kami berdua duduk dan makan bersama. 

Tidak ada pilihan lain, aku harus menuruti maunya. Kalau tidak, para penjaga di belakangku bisa saja menebas leherku. Makanan yang disajikan terasa enak sekali. Ada ayam bakar, kambing guling, buah-buahan segar, serta makanan lainnya.

Uswah makan dengan lahap. Tidak ada obrolan di meja makan. Sang Ratu memandangiku sambil terus tersenyum membuatku. Tapi itu membuatku semakin merinding.

Setelah hidangan habis, sang Ratu membawa kami ke halaman keraton. Di sana ada para dayang yang sedang mandi. Mereka semua cantik-cantik. Saat aku melintas, mereka curi pandang kepadaku sambil tertawa kecil. 

Di halaman keraton itu ada sebuah kuburan. Gundukannya ditata rapi dengan bebatuan yang ditumpuk. Di batu nisan itu tertulis Sultan Maulana Hasanuddin. Aku ingat, dia adalah pendiri kesultanan Banten. 

“Berziarahlah...,” kata sang Ratu. 

Aku dan Uswah duduk di samping kuburan itu. Aku membaca doa sebisaku di dalam hati.

“Kalian punya waktu sampai besok pagi untuk keluar dari gunung ini. Pulanglah, esok pagi akan ada longsor besar di gunung ini.” 

Sang ratu menunjuk ke arah dinding. Dari dinding itu tampaklah jalan setapak. Aku dan Uswah berjalan ke arah dinding. Ajaibnya, kami tiba-tiba berada di sebuah jalan setapak. Ini pasti jalan pulang. Kami harus segera keluar dari gunung ini sebelum longsor itu terjadi.




Posting Komentar

0 Komentar