Pendakian Gunung Pulosari Part 38

SUARITOTO Sayangnya, yang aku khawatirkan malah terjadi. Tatapan Uswah tiba-tiba kosong. Ia melangkah perlahan mendekati kereta kuda itu. 

“Uswah, jangan!” kucoba menahan tubuhnya. Tapi, dua pengawal kereta malah mendorong tubuhku. 

Kali ini aku tidak mau lagi kehilangan temanku. Aku berhutang nyawa padanya. Aku harus menyelamatkannya. Setelah Uswah masuk, kereta kuda perlahan berjalan menuju kumparan cahaya. Aku mengikutinya dari belakang. Aku berteriak memanggil-manggil nama Uswah. 

Tidak terasa aku sudah berada di perkampungan warga. Para warga di sana berlutut sambil tertunduk saat kereta melintas. Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada anak kecil yang badannya dipenuhi bulu hitam. Ia juga bertaring. Matanya merah menyala. Anak itu menghampiri kereta sambil melompat-lompat kegirangan. 

Di antara orang-orang yang berlutut, ada Mira di sana. Ia berteriak sambil lari kecil menghampiri anak itu. Ia menggendongnya, lalu kembali berlutut kembali. Pakaian Mira sudah berbeda. Ia hanya mengenakan kain bermotif bunga warna cokelat dan baju abu-abu yang sudah usang. 

“Mira! Mir! Ah... syukurlah gua ketemu lu lagi di sini. Ayo, Mir, kita pulang. Ada Curug Putri di sekitar sini,” jelas saja aku senang karena bisa bertemu Mira kembali. 

“Enggak, Ri. Gua udah bilang, hidup gua lebih bahagia di sini. Tolong sampaikan ke Om gua kalau gua udah menikah dan punya anak.”

Aku mundur beberapa langkah. Mira sudah tidak bisa dibujuk lagi. Kereta kuda semakin menjauh. Segera aku lari mengejar kereta itu sambil terus memanggil nama Uswah. 

Tibalah aku di sebuah keraton yang megah. Ada dayang-dayang keraton yang menyambut kedatangan kereta kuda. Mereka menari-nari sambil terus tersenyum. Aku ikut masuk ke dalam keraton tersebut. 

Di halaman keraton, Uswah turun dari kereta. Kucoba menghampirinya, tapi langkahku dihalangi para penjaga. Uswah dituntun oleh wanita cantik itu ke sebuah kolam kecil yang terletak persis di depan singgasana. 




Posting Komentar

0 Komentar