Pendakian Gunung Pulosari Part 33

SUARITOTO Kupejamkan mata karena tidak sanggup melihat eksekusi terhadap diriku sendiri. Tapi, setelah beberapa saat aku tidak merasakan apa pun pada leherku. Lalu tubuhku jatuh berdebam. Kulihat Pak Jaro dan dua anak buahnya berlutut di hadapanku. 

“Ampun Nyai...,” gumam Pak Jaro. Aku membalikkan badan. Ada seorang wanita yang berpakaian seperti puteri kerajaan di belakangku.

Wanita itu yang sempat aku serang beberapa hari lalu. Dia tersenyum anggun ke arahku. Berbeda dengan Pak Jaro dan anak buahnya yang ketakutan, aku sama sekali tidak takut pada wanita itu. Malah aku menyimpan dendam atas kematian teman-temanku.

“Ulah dipaehan,” kata wanita itu.

Jangan dibunuh? Kenapa wanita itu malah menolongku?

“Sumuhun Nyai,” timpal Pak Jaro. 

Wanita itu lalu menghilang. Pak Jaro dan kedua anak buahnya lari terbirit-birit meninggalkanku yang masih dalam keadaan diikat. Aku berusaha melepas ikatan itu. Tapi, aku tidak bisa karena simpulnya terlalu kuat.

Kudengar suara dengkur babi dari balik semak-semak yang semakin membuatku takut. Ikatan tali ini mustahil bisa kulepas sendiri. Harus ada orang yang menolongku. 

Dua hari aku terkapar dengan keadaan kaki dan tangan diikat. Aku kelelahan. Tenggorokanku sudah tidak kuat lagi untuk berteriak meminta tolong. Tempat itu sepertinya jarang didatangi manusia. Hanya ada kawanan monyet yang memperhatikanku dari dahan pepohonan. 




Posting Komentar

0 Komentar