Pendakian Gunung Pulosari Part 26

SUARITOTO Babi itu lari dengan cepat ke arahku, kurogoh sebuah pisau kecil dari kantong ransel. Tubuhku diseruduk sampai terseret beberapa meter kebelakang, kupegang erat-erat kepala babi itu lalu menebaskan pisau ke punggungnya. Babi melenguh, ia menggibaskan kepalanya membuat tubuku terpental jauh hingga membentur batang pohon. 

Kulit babi itu terlalu keras, pisauku hanya bisa memberi luka kecil di punggungnya. Darah mengalir dari punggung babi itu, tapi dia sepertinya tidak menyerah untuk kembali menyerangku. Dengan dengkurannya yang mengerikan, dia lagi-lagi berlari ke arahku. 

Aku melompat dan berhasil menangkap tubuhnya. Babi itu mengamuk, ia lari sembarang arah, sedangkan aku berpegangan erat di atas punggungnya. Kutusuk punggungnya berkali-kali dengan pisau, tapi pisauku malah patah. Tanganku refleks merogoh keris kecil dari dalam kantong celana. Maksudku, ingin kutusukkan keris itu ke mata si babi, biar dia tewas.

Ajaibnya, baru saja kuarahkan keris itu ke kepala babi, tiba-tiba tubuhku terpental. Babi itu juga tersungkur ke semak-sema, ia mati begitu saja. Napasku terengah-engah, aku menoleh ke arah kanan. Di antara derasnya tetesan hujan, ada seorang wanita berpakaian seperti puteri kerajaan berdiri di depan pohon besar. Aku masih ingat wajahnya, dia wanita yang berbicara dengan Abah Sarta. 

“Apa maumu?!”

“Bangsat! Keluarkan aku dari gunung ini!” 

Dengan sisa tenaga yang ada, aku lari ke arah wanita itu, mencoba untuk menyerangnya dengan keris kecil. Yang terjadi selanjutnya benar-benar di luar perkiraanku. Seharusnya aku tidak menyerang wanita itu.




Posting Komentar

0 Komentar