Pendakian Gunung Pulosari Part 25

SUARITOTO Keris ini? Apa gunanya? Aku berhenti di bawah batang pohon besar, kuperhatikan keris pemberian nenek Sapinah. Kerisnya sangat unik, ada ukiran bertuliskan bahasa Arab di permukaan keris itu. Aku tidak mengerti apa maksudnya. Tak lama kemudian, hujan turun dengan sangat deras. Aku membaringkan diri di antar akar-akar pohon besar itu, tapi tetap saja tubuhku basah kuyup. 

Tubuhku menggigil, gigiku bergetar, perutku lapar tidak tertahankan. Sendiri di hutan seperti ini, membuatku ragu akan kemampuanku sendiri. Aku mungkin tidak akan bisa bertahan hidup lebih lama lagi di gunung ini.

Di langit, walau hujan deras, bola api sialan itu tidak padam dan masih mengikutiku. Aku bangun lalu mendongak ke arah bola api itu sambil mengarahkan cahaya senter. Aku sangat kesal karena terus-terusan diikutinya.

“Bangsat lu! Sini kalau berani lawan gua!”

“Woi! Sini lu!” teriakku sambil menggigil kedinginan. Kalau memang aku harus mati, matilah sekarang agar penderitaanku berakhir.  

Sesaat kemudian, ada sesuatu yang menabrakku dari belakang. Tubuhku terpelanting, senterku jatuh ke semak-semak, aku meringis kesakitan. Tubuhku terasa remuk, kuperhatikan objek yang barusan menabrak tubuhku. Objek itu terlihat samar, kuraih kembali senterku lalu mengarahkan cahayanya ke objek tersebut. Itu ternyata babi hutan. 

Saat hendak bangun kembali, ternyata betisku sobek. Pasti karena hantaman taring babi itu. Ia mendengkur, matanya merah, tubuhnya sebesar anak kerbau. Aku tidak akan bisa lari dari babi itu. Tidak ada pilihan kecuali melawannya. 




Posting Komentar

0 Komentar