Pendakian Gunung Pulosari Part 24

SUARITOTO Pintu didobrak paksa. Abah Sarta melihatku dengan tatapan ngeri, tangan kirinya memegang sebuah arit. Dadanya turun naik, ia mengarahkan arit itu padaku. Jelas saja aku panik, ada apa ini? Kenapa dia sepertinya ingin membunuhku? 

“Pergi dari sini!” bentaknya sambil menebaskan arit pada daun pintu. 

“Baik, Bah. Ampun!” dengan cepat kuambil tas ransel dan senterku, mengenakan kembali sepatuku lalu pergi dari rumah itu. 

Langit masih gelap, udara dingin membuatku menggigil, di langit bola api masih melayang mengikutiku. Aku lari sekuat tenaga demi menjauh dari Abah Sarta yang marah dan hendak membunuhku. Di tengah jalan seseorang menghentikanku, itu nenek Sapinah. 

“Pe... pegang. Ya... ya... hati... hati...,” dia memberiku keris kecil yang ukurannya hanya sejari telunjuk saja. 

“Apa ini, Nek?” tanyaku.

Belum sempat ia menjawab, Abah Sarta dari kejauhan meneriakiku agar segera pergi. 

“Kubunuh kau!” ancamnya, ia berdiri di depan pintu rumah sambil mengacungkan arit. 

Segera kukantongi keris kecil itu lalu pergi dari hadapan nenek Sapinah. Aku tidak tahu ke mana arah langkahku sekarang, dari jauh terdengar suara geledek bergemuruh diiringi kilatan cahaya di langit. Tampaknya memang akan hujan. Aku semakin menjauh dari rumah Abah Sarta.




Posting Komentar

0 Komentar