Pendakian Gunung Pulosari Part 22

SUARITOTO “Bah, boleh aku menginap dulu di sini?” aku merapatkan kedua telapak tangan, memohon padanya. 

Abah Sarta tampaknya luluh. Dia mengembuskan napas berat. 

“Satu malam saja. Besok pagi kamu harus pergi dari sini.”

Akhirnya Abah Sarta berbaik hati mengizinkanku menginap di rumahnya. Da menunjukkan sebuah kamar untukku. Ada kasur kapuk dan bantal di dalam kamar itu. Juga lemari kayu yang terlihat sudah usang.

Aku menutup pintu kamar. Kulepas tas ranselku lalu membaringkan diri di atas kasur. Cahaya lampu canting temaram menyinari kamar, membuatku cepat ngantuk. 

Di luar bola api itu pasti masih menungguku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku besok. Apakah aku akan tetap hidup atau mati seperti Eldi atau dibawa jin seperti Mira. Atau, malah berubah menjadi aneh seperti Riki. Aku mungkin akan hilang selamanya di gunung ini. 

Malam semakin jatuh. Tengah malam aku terbangun. Banyak sekali nyamuk yang mengganggu tidurku. Kudengar suara Abah Sarta seperti sedang berbicara dengan seseorang di ruang tengah. Jelas sekali kalau lawan bicaranya itu bukanlah istrinya. Itu terdengar seperti suara perempuan yang masih muda. 




Posting Komentar

0 Komentar