Pendakian Gunung Pulosari Part 21

SUARITOTO “Antar aku pulang saja, Bah. Tolong aku.”

“Kamu tidak bisa pulang,” katanya sambil menatapku dengan tatapan cemas.

“Ke... kenapa, Bah?” 

“Karena kamu sudah menjadi milik mereka.”

"Mereka?" aku mengerutkan dahi. 

"Iya, para jin penghuni gunung ini."

Perkataan Abah Sarta membuatku sangat terkejut. 

“Tapi, kata Pak Jaro, aku dan teman-temanku masih bisa diselamatkan.” 

“Dia bohong. Tidak ada yang bisa selamat dari kualat Gunung Pulosari. Dia pasti sengaja menyerahkan kalian pada jin gunung ini agar pendaki yang lain bisa selamat.” 

“Itu kesalahan kalian. Dan, kalian yang harus tanggung sendiri akibatnya,” tambahnya. 

Aku tertunduk lesu. Jujur aku tidak mau mati di gunung ini. Tanpa kusadari, air mataku menetes. Aku menangis karena takut. Masih banyak hal yang ingin aku lakukan dan aku tidak mau mati konyol seperti ini. 

“Sudah jangan nangis,” Abah Sarta menepuk pundakku. 

“Tolong antarkan aku pulang, Bah. Aku mohon.”

Dari jendela kamar muncul bayangan bola api melintas. Dia benar-benar mengincarku. Abah Sarta dan istrinya terkejut. Mereka bergidik ngeri saat menyaksikan bola api itu melintas di jendela kamar mereka.

“Kau harus pergi dari sini sekarang,” Abah Sarta mengusirku. 

“Ja... jangan, jangan...,” si nenek memegang pundakku. Dia sepertinya akan membelaku.

“Ngi... nginep. Di sini... di sini, ya ngi... nginep,” dia mengelus rambutku. 

“Bahaya, Sapinah. Kita bisa mati dibunuh ocos,” Abah Sarta membentak. 

Dia membuka pintu kamar. Dia lalu menyuruhku pergi dari rumahnya. Aku tetap tidak beranjak. Sebab, aku tahu di luar sana lebih berbahaya.




Posting Komentar

0 Komentar