Pendakian Gunung Pulosari Part 16

SUARITOTO Entah ritual pernikahan macam apa itu, tanpa ada penghulu atau pendeta yang menikahkan mereka. Aku mual saat Mira berciuman dengan genderuwo yang mulutnya penuh dengan air liur. Setelah itu Mira menatap ke arahku, kedua matanya merah menyala. Aku segera kabur dari sana. Aku harus segera pulang, mencari bantuan untuk menyelamatkan Mira.

Dari Curug Putri kususuri jalan setapak yang merupakan satu-satunya jalur pulang. Kupercepat langkah, sesekali kakiku tergelincir karena menginjak bebatuan licin berlumut. 

Lalu cahaya senterku menyinari sosok lelaki yang yang sedang duduk di tengah jalan. Semakin dekat, semakin jelas terlihat kalau itu adalah Riki. Aku mengembuskan napas lega. Dia terlihat sedang sibuk membetulkan sesuatu. 

“Rik? Ke mana aja lu? Ninggalin gua sendirian.” 

“Eh Ri. Gua cari-cari dari tadi,” Riki menoleh ke arahku. 

“Gawat Rik, si Mira nikah sama genderuwo. Kita harus cari bantuan buat tolong dia.”

Riki malah tertawa, “Ada-ada aja lu. Masa nikah sama genderuwo,” ia kembali membetulkan kompasnya yang tampaknya sedang rusak. 

“Serius Rik. Gua lihat sendiri, lebih baik kita pergi dari sini sekarang, nanti di kampung kita cari orang pintar buat bantu Mira.”

“Iya kita pulang sekarang,” Riki bangkit dan meraih kembali senternya. 

“Jangan terburu-buru Rik nanti kita terpisah lagi,” kataku. 




Posting Komentar

0 Komentar